Ø
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Ø
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan
inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi
akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif
impor barang. Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh
terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu
atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).
Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang
lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat
dibedakan :
1.
Inflasi ringan
(kurang dari 10% / tahun)
2.
Inflasi sedang
(antara 10% sampai 30% / tahun)
3.
Inflasi berat
(antara 30% sampai 100% / tahun)
4.
Hiperinflasi
(lebih dari 100% / tahun)
Ø
Penyebab terjadinya Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan
yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. Inflasi tarikan permintaan
(Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan. Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation)
terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Ø
Faktor – faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus
(1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
1.
DemandPull
Inflation
Timbul apabila permintaan
agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif
perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan
pennintaan agregat.
2.
Cost Push
Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh
peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya
yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull
Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a.
Domestic
Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi
karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b.
ImportedInflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang.
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang.
Ø
Cara mengatasi inflasi
Usaha untuk mengatasi
terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat
dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah,
yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
1.
Kebijakan
Moneter, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga
kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini
meliputi:
a.
Politik diskonto,
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga
bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
b.
Operasi pasar
terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI
c.
Menaikan cadangan
kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
d.
Kredit selektif,
politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit
e.
Politik sanering,
ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada
tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi
Rp.1
2.
Kebijakan Fiskal,
dapat dilakukan dengan cara:
a.
menaikkan tarif
pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah
sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
b.
Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
c.
Mengadakan
pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk
ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
3.
Kebijakan Non
Moneter, dapat dilakukan melalui:
a.
Menaikan hasil
produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif
dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
b.
Kebijakan upah,
pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah
disaat sedang inflasi.
c.
Pengawasan harga,
kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagibarang- barang
tertentu.
Ø
Dampak Inflasi
a.
Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
b.
Bagi produsen,
inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada Pengusaha kecil).
c.
Secara umum,
inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Ø
Cara mengatasi inflasi
Usaha untuk mengatasi
terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat
dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah,
yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang
beredar.
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
a.
Kebijakan
Moneter, diantaranya :
·
Politik diskonto
·
Operasi pasar
terbuka
·
Menaikan cadangan
kas
·
Kredit selektif
b.
Kebijakan Fiskal,
diantaranya :
·
Menaikkan tarif
pajak
·
Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah
·
Mengadakan
pinjaman pemerintah
c.
Kebijakan Non
Moneter, diantaranya :
·
Menaikan hasil
produksi
·
Kebijakan upah
·
Pengawasan harga